0
Menulis sebuah penelitian adalah hal yang masih asing bagiku dan sulit bagiku. Entah terbawa arus teman-teman yang berada pada zona nyaman, atau rasa malas yang menggerogoti jiwa. Hingga pada suatu ketika, aku dipertemukan dengan teman yang klik dalam tulis menulis. Dia sudah beberapa kali menulis baik pada jenis puisi, cerita pendek, artikel, penelitian tindakan kelas ( PTK), maupun jurnal penelitian.  Dia selalu memotifasiku untuk belajar menorehkan kata-kata pada selembar kertas.
“Hayo berkarya, sebagai wujud syukur pada Yang Maha Kuasa. Kau bisa kalau mau berusaha, Bu!” itu sebuah kata-kata sederhana dari temanku Bu Maria yang mampu membuatku malu pada diriku sendiri sekaligus mampu melejitkan semangat untuk  belajar memulai menulis.
“Aku tidak tahu majas, tata bahasa, diksi…” kataku saat itu. Tapi tidak kusangka, pagi harinya telah ada buku majas di meja kerjaku. Ini sebuah perhatian dan motivasi yang luar biasa. Lalu, dari mana aku harus memulai? Begitu banyak ide bertebaran di kepala, namun begitu sulitnya aku untuk memulai dan menuangkannya.
***
“Ikutan buat PTK yuk… ! ” itulah ajakan Bu Maria, sahabatku yang memiliki semangat luar biasa dalam berkarya. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Biarlah aku mencoba belajar bersama teman-teman untuk memulai hal yang baru, sesuatu yang belum pernah aku lakukan. Singkat cerita, setelah melalui proses panjang dan berliku, akhirnya penelitianku berakhir sudah. Aku yakin, tanpa sentuhan teman baikku yang sudah menjuarai berbagai lomba, yaitu Pak Eko, mustahil aku dapat merampungkan tepat waktu. Dia begitu sabar membimbing semua teman-temanku yang berjumlah 21 orang untuk dapat menyelesaikan tahap akhir yaitu pembuatan laporan penelitian.
“Belajar merubah dari PTK menjadi artikel ya, Bu. Terus nanti dikirim ke surat kabar. Lumayan, 1,5 lho pointnya. O ya, jangan lupa, coba mengikuti lomba yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Feeling saya mengatakan, milik njenengan bisa masuk!” Aku biarkan kata-kata Pak Eko mengalir deras, tutorku yang begitu antusias membimbing dan mengarahkanku. Mimiknya nampak cool, tapi analisanya seringkali tepat sasaran.  Kacamata minusnya lebih menguatkan bahwa dia adalah seorang kutu buku sejati. Wajahnya innocent, dengan mata sipit seperti Chinese. Dia memang seorang sarjana, tapi otaknya menurutku setara Profesor.
Mungkinkah kata-kata Pak Eko tadi akan menjadi suatu kenyataan?
Aku berusaha untuk mencari jawab. Hatiku gusar dan tertantang juga. Aku mulai merubahnya menjadi sebuah artikel popular lalu mengirimnya ke Radar. Dua kali aku melakukannya. Aku menanti hari Sabtu tiba. Mungkin tulisanku akan keluar. Setelah sedikit aku kemas dengan judul yang menarik, akhirnya pada tanggal 4 Oktober 2015 artikelku keluar. Hatiku bersorak sorai dan tengah senang bukan kepalang. Segera ku sms tutorku, agar beliau ikut merasakan kebahagiaan yang tengah kurasakan saat itu.


“Bu, ini ada brosur lomba Kreativitas untuk Guru SD, SMP dan SLB di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Silahkan mencoba untuk merubahnya sesuai dengan permintaan panitia.”  Bu Maria menyodorkan sebuah brosur, lengkap sekali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lomba. Dan kini, aku tengah menanti pengumuman itu. Mungkinkah aku dapat menjadi salah satu finalis? Mengingat hal ini adalah hal pertama kali yang kulakukan seumur hidupku sekaligus hal yang masih sangat asing bagiku.
Sebuah SMS dari Pak Eko masuk…
“Selamat Mbak Brow, njenengan masuk finalis PTK di tingkat Provinsi Jawa Tengah, menduduki posisi 14. Ini adalah awal yang baik.”  Pembimbimbingku begitu perhatian. Rupanya, beliau ikut bangga juga, orang yang dibimbingnya bisa masuk walau masih tahap finalis.
“Jangan karena K 13, terus tidak membuat PTk lho ya…?” kata-kata darinya beberapa bulan yang lalu kembali terngiang-ngiang di telinga batinku. Aku merasa senang bukan kepalang. Namun, aku merasa ilmuku masih begitu dangkal. Sehingga harus belajar lebih semangat dan semangat lagi.
***
Tidak terasa, akhirnya aku bisa merasakan mengikuti upacara pembukaan para peserta Lomba Kreatifitas Guru  SD, SMP, dan SLB tingkat Jawa Tengah. Dari wajahnya memancar kelelahan yang luar biasa. Namun, semangat berkarya mengalahkannya. Mereka adalah utusan-utusan terbaik dari masing-masing kebupaten yang ada di wilayah Jawa Tengah. Cuaca di sore itu juga begitu panas, ditambah lagi dengan suara para peserta yang bergemuruh bak pasar pagi. Begitu lagu Indonesia berkumandang, suasana berubah begitu hikmat. Mereka ingin menjadi yang terbaik bagi nusa bangsanya tercinta
. Masing-masing tingkatan diambil 30 besar. Aku bisa bertemu dengan para guru berbagai Mata Pelajaran se-Provinsi Jawa Tengah. Pun, Aku bisa bertemu dengan para jawara PTK Tingkat Jawa Tengah yaitu Pak Wahyudi, Guru Matematika dari Rakit Banjarnegara yang menjadi juara 1, Pak  Bunyamin, Guru bahasa Inggris sebagai juara 2 dan Pak Budiyono, seorang guru IPA sebagai juara III. Walaupun aku baru pada tahap finalis, namun setidaknya hal ini merupakan sejarah tersendiri dalam hidupku yang tidak mungkin kulupakan.
Kenangan yang paling mengesankan adalah ketika presentasi di nilai oleh 3 Profesor. Bibirku menjadi kelu dan nervous luar biasa. Mereka, para juri berpakaian rapi dan formal. Keren lengkap dengan dasi yang maching dengan warna kemejanya, memancarkan kewibawaan yang luar biasa.  Percaya diriku hilang entah ke mana. Padahal kata teman-teman, aku termasuk kriteria orang yang percaya dirinya luar biasa. Kata-kata yang sudah kupersiapkan hilang dalam sekejap. Mendadak pointer yang kubeli dua hari yang lalu, gagal kupergunakan.  Dan yang paling parah adalah para juri mematahkan argumenku. Aku harus lebih belajar lagi dalam hal ini.

Aku membawa berbagai oleh-oleh yang luar biasa banyak, pengalaman, saudara dan ilmu dari berbagai teman yang ikut lomba, baik yang menjadi juara maupun dari para finalis PTK. Where there is a will, there is a way. Man jadda wa jadda. Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Fainna maál usri yusra, inna ma’al usri yusra. Bersama kesulitan ada kemudahan. Yakinlah bahwa pasti ada jalan keluar dalam berbuat baik. Dan, setidaknya, aku telah berani untuk memulai  dalam kebaikan. Bukankah termasuk orang yang merugi orang yang sama dengan kemarin? 

Posting Komentar

 
Top