Menulis sebuah
penelitian adalah hal yang masih asing bagiku dan sulit bagiku. Entah terbawa
arus teman-teman yang berada pada zona nyaman, atau rasa malas yang
menggerogoti jiwa. Hingga pada suatu ketika, aku dipertemukan dengan teman yang
klik dalam tulis menulis. Dia sudah beberapa kali menulis baik pada jenis
puisi, cerita pendek, artikel, penelitian tindakan kelas ( PTK), maupun jurnal
penelitian. Dia selalu memotifasiku
untuk belajar menorehkan kata-kata pada selembar kertas.
“Hayo berkarya, sebagai
wujud syukur pada Yang Maha Kuasa. Kau bisa kalau mau berusaha, Bu!” itu sebuah
kata-kata sederhana dari temanku Bu Maria yang mampu membuatku malu pada diriku
sendiri sekaligus mampu melejitkan semangat untuk belajar memulai menulis.
“Aku tidak tahu majas,
tata bahasa, diksi…” kataku saat itu. Tapi tidak kusangka, pagi harinya telah
ada buku majas di meja kerjaku. Ini sebuah perhatian dan motivasi yang luar
biasa. Lalu, dari mana aku harus memulai? Begitu banyak ide bertebaran di
kepala, namun begitu sulitnya aku untuk memulai dan menuangkannya.
***
“Ikutan buat PTK yuk… !
” itulah ajakan Bu Maria, sahabatku yang memiliki semangat luar biasa dalam
berkarya. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Biarlah aku mencoba belajar
bersama teman-teman untuk memulai hal yang baru, sesuatu yang belum pernah aku
lakukan. Singkat cerita, setelah melalui proses panjang dan berliku, akhirnya
penelitianku berakhir sudah. Aku yakin, tanpa sentuhan teman baikku yang sudah
menjuarai berbagai lomba, yaitu Pak Eko, mustahil aku dapat merampungkan tepat
waktu. Dia begitu sabar membimbing semua teman-temanku yang berjumlah 21 orang
untuk dapat menyelesaikan tahap akhir yaitu pembuatan laporan penelitian.
“Belajar merubah dari
PTK menjadi artikel ya, Bu. Terus nanti dikirim ke surat kabar. Lumayan, 1,5
lho pointnya. O ya, jangan lupa, coba mengikuti lomba yang diadakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Feeling
saya mengatakan, milik njenengan bisa
masuk!” Aku biarkan kata-kata Pak Eko mengalir deras, tutorku yang begitu
antusias membimbing dan mengarahkanku. Mimiknya nampak cool, tapi analisanya seringkali tepat sasaran. Kacamata minusnya lebih menguatkan bahwa dia
adalah seorang kutu buku sejati. Wajahnya innocent,
dengan mata sipit seperti Chinese. Dia
memang seorang sarjana, tapi otaknya menurutku setara Profesor.
Mungkinkah
kata-kata Pak Eko tadi akan menjadi suatu kenyataan?
Aku berusaha untuk
mencari jawab. Hatiku gusar dan tertantang juga. Aku mulai merubahnya menjadi
sebuah artikel popular lalu mengirimnya ke Radar. Dua kali aku melakukannya.
Aku menanti hari Sabtu tiba. Mungkin tulisanku akan keluar. Setelah sedikit aku
kemas dengan judul yang menarik, akhirnya pada tanggal 4 Oktober 2015 artikelku
keluar. Hatiku bersorak sorai dan tengah senang bukan kepalang. Segera ku sms
tutorku, agar beliau ikut merasakan kebahagiaan yang tengah kurasakan saat itu.
“Bu, ini ada brosur
lomba Kreativitas untuk Guru SD, SMP dan SLB di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah. Silahkan mencoba untuk merubahnya sesuai dengan permintaan panitia.” Bu Maria menyodorkan sebuah brosur, lengkap
sekali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lomba. Dan kini, aku tengah
menanti pengumuman itu. Mungkinkah aku dapat menjadi salah satu finalis?
Mengingat hal ini adalah hal pertama kali yang kulakukan seumur hidupku
sekaligus hal yang masih sangat asing bagiku.
Sebuah
SMS dari Pak Eko masuk…
“Selamat Mbak Brow, njenengan masuk finalis PTK di
tingkat Provinsi Jawa Tengah, menduduki posisi 14. Ini adalah awal yang baik.” Pembimbimbingku begitu perhatian. Rupanya,
beliau ikut bangga juga, orang yang dibimbingnya bisa masuk walau masih tahap
finalis.
“Jangan karena K 13,
terus tidak membuat PTk lho ya…?” kata-kata darinya beberapa bulan yang lalu
kembali terngiang-ngiang di telinga batinku. Aku merasa senang bukan kepalang.
Namun, aku merasa ilmuku masih begitu dangkal. Sehingga harus belajar lebih
semangat dan semangat lagi.
***
Tidak terasa, akhirnya
aku bisa merasakan mengikuti upacara pembukaan para peserta Lomba Kreatifitas Guru SD, SMP, dan SLB tingkat Jawa Tengah. Dari
wajahnya memancar kelelahan yang luar biasa. Namun, semangat berkarya
mengalahkannya. Mereka adalah utusan-utusan terbaik dari masing-masing
kebupaten yang ada di wilayah Jawa Tengah. Cuaca di sore itu juga begitu panas,
ditambah lagi dengan suara para peserta yang bergemuruh bak pasar pagi. Begitu
lagu Indonesia berkumandang, suasana berubah begitu hikmat. Mereka ingin
menjadi yang terbaik bagi nusa bangsanya tercinta
. Masing-masing
tingkatan diambil 30 besar. Aku bisa bertemu dengan para guru berbagai Mata
Pelajaran se-Provinsi Jawa Tengah. Pun, Aku bisa bertemu dengan para jawara PTK
Tingkat Jawa Tengah yaitu Pak Wahyudi, Guru Matematika dari Rakit Banjarnegara
yang menjadi juara 1, Pak Bunyamin, Guru
bahasa Inggris sebagai juara 2 dan Pak Budiyono, seorang guru IPA sebagai juara
III. Walaupun aku baru pada tahap finalis, namun setidaknya hal ini merupakan
sejarah tersendiri dalam hidupku yang tidak mungkin kulupakan.
Kenangan yang paling
mengesankan adalah ketika presentasi di nilai oleh 3 Profesor. Bibirku menjadi
kelu dan nervous luar biasa. Mereka,
para juri berpakaian rapi dan formal. Keren lengkap dengan dasi yang maching dengan warna kemejanya,
memancarkan kewibawaan yang luar biasa.
Percaya diriku hilang entah ke mana. Padahal kata teman-teman, aku
termasuk kriteria orang yang percaya dirinya luar biasa. Kata-kata yang sudah
kupersiapkan hilang dalam sekejap. Mendadak
pointer yang kubeli dua hari yang lalu, gagal kupergunakan. Dan yang paling parah adalah para juri
mematahkan argumenku. Aku harus lebih belajar lagi dalam hal ini.
Aku membawa berbagai
oleh-oleh yang luar biasa banyak, pengalaman, saudara dan ilmu dari berbagai
teman yang ikut lomba, baik yang menjadi juara maupun dari para finalis PTK. Where there is a will, there is a way. Man
jadda wa jadda. Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Fainna maál usri yusra, inna ma’al usri yusra.
Bersama kesulitan ada kemudahan. Yakinlah bahwa pasti ada jalan keluar dalam
berbuat baik. Dan, setidaknya, aku telah berani untuk memulai dalam kebaikan. Bukankah termasuk orang yang
merugi orang yang sama dengan kemarin?
Posting Komentar